Daftar Blog Saya

Rabu, 04 Januari 2012

MORFOLOGI IKAN

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri
yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan
dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa
menunjukkan dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara
keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi.
Ukuran tubuh ikan. Ukuran standar yang dipakai dapat dilihat pada Gambar 2.1. Semua ukuran yang
digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan
badan.
- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
ujung ekor.
- Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (6 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik
tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor)
- Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga
bagian terbelakang operculum atau membran operculum.
Gambar 2.1 Skema ikan untuk menunjukkan bagian-bagian utama ikan dan ukuran-ukuran yang
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (7 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
digunakan dalam identifikasi. (A) sirip punggung, (B) sirip ekor, (C) gurat sisi, (D) lubang hidung, (E)
sungut, (F) sirip dada, (G) sirip perut, (H) sirip dubur, (a) panjang total, (b) panjang standar, (c) panjang
kepala, (d) panjang batang ekor, (e) panjang moncong, (f) tinggi sirip punggung, (g) panjang pangkal sirip
punggung, (h) diameter mata, (i) tinggi batang ekor, (j) tinggi badan, (k) panjang sirip dada, (l) panjang
sirip[ perut. (Sumber: Kotelllat et al., 1993)
- Panjang batang ekor (LCP) diukur mulai dari jari terakhir sirip dubur hingga pertengan
pangkal batang ekor.
- Panjang moncong (SNL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir hingga pertengan
garis vertikal yang menghubungkan bagian anterior mata.
- Tinggi sirip punggung (DD) diukur mulai dari pangkal hingga ujung pada jari-jari pertama
sirip punggung.
- Diameter mata (ED) diukur mulai dari bagian anterior hingga posterior bola mata, diukur
mengikuti garis horisontal.
- Tinggi batang ekor (DCP) diukur mulai dari bagian dorsal hingga ventral pangkal ekor.
- Tinggi badan diukur (BD) secara vertikal mulai dari pangkal jari-jari pertama sirip punggung
hingga pangkal jari-jari pertama sirip perut.
- Panjang sirip dada diukur mulai dari pangkal hingga ujung jari-jari sirip dada.
- Panjang sirip perut diukur mulai dari pangkal hingga ujung sirip perut.
Sirip ikan. Sirip-sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung,
sirip ekor, dan sirip dubur disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada dan sirip perut
disebut sirip berpasangan. Macam-macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut.
Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal sama besar dan sama
bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor yang asimetris yaitu bentuk kebalikannya.
Bentuk-bentuk sirip ekor yang simetris yaitu:
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (8 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
Gambar 2.2 Bentuk-bentuk utama sirip ekor (a) membulat, (b) bersegi, (c) sedikit cekung atau berlekuk
tunggal, (d) bulan sabit, (e) bercagak, (f) meruncing, (g) lanset (Sumber: Kotellat, et al., 1993)
- Bentuk membulat, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis melengkung dari bagian
dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame (Osphronemus gouramy)
- Bentuk bersegi atau tegak, apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari bagian
dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus)
- Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal, apabila terdapat lekukan dangkal antara lembar
dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma temminckii).
- Bentuk bulan sabit, apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor melengkung ke luar,
runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke dalam, membuat lekukan yang dalam, contoh
ikan tongkol (Squalus sp.)
- Bentuk bercagak, apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar ventral,
contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung (Rastrelliger sp.)
- Bentuk meruncing, apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing), contoh ikan
belut (Monopterus albus).
- Bentuk lanset, apbila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut
diujung, contoh ikan bloso (Glossogobius sp.)
Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung. Pada ikan bersisirp punggung tunggal,
umumnya jari-jari bagian depan (1-40) tidak bersekat dan mengeras, sedangkan jari-jari dibelakangnya
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (9 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
lunak atau bersekat dan umumnya bercabang. Pada ikan yang memiliki dua sirip punggung, bagian
depannya terdiri dari duri dan yang kedua terdiri dari duri di bagian depan diikuti oleh jari-jari lunak atau
bersekat umumnya bercabang. Pada beberapa famili (suku) dua sirip punggungnya mungkin bersatu atau
bergabung (Gambar 2.3 & 2.4).
Gambar 2.3 Bagian sirip punggung pertama yang keras (a) dan bagian kedua yang lunak (b) (Sumber:
Kotellat, et al., 1993)
Gambar 2.4 Skema gabungan dua sirip punggung (a) duri, (b) jari-jari.
Pada beberapa ikan, umumnya ikan berkumis (Siluriformes) memiliki sirip lemak yaitu sirip tipis tanpa
jari-jari yang terletak sedikit di depan sirip ekor (Gambar 2.5)
Gambar 2.5 Jari-jari sirip punggung pertama yang keras (a) dan sirip lemak pada sirip punggung (b).
Sisik ikan. Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (10 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
tersebut. Sisik ikan mempunyai bentuk dan ukuran yang beraneka macam, yaitu sisik ganoid merupakan
sisik besar dan kasar, sisik sikloid dan stenoid merupakan sisik yang kecil, tipis atau ringan hingga sisik
placoid merupakan sisik yang lembut. Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus
bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup
di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya
mempunyai tipe sisik yang kasar. Sisik sikloid berbentuk bulat, pinggiran sisik halus dan rata sementara
sisik stenoid mempunyai bentuk seperti sikloid tetapi mempunyai pinggiran yang kasar (Gambar 2.6).
Gambar 2.6 Tipe-tipe sisik pada ikan (Sumber: Moyle & Cech, 1988)
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (11 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
Selain jenis sisik yang menjadi kriteria bagi suatu jenis ikan tertentu, jumlah sisik ikan juga perlu
diperhatikan (Gambar 2.7).
§ Jumlah sisik pada gurat sisi merupakan jumlah pori-pori pada gurat sisi atau jika gurat sisi tidak
sempurna atau tidak ada, maka jumlah sisik yang dihitung adalah jumlah sisik yang biasa ditempati
gurat sisi atau disebut deretan sisik sepanjang sisi badan. Penghitungan sisik ini dimulai dari sisik
yang menyentuh tulang bahu hingga pangkal ekor.
§ Jumlah sisik melintang badan merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal sirip
punggung atau sirip punggung pertama dan antara gurat sisi dan awal sirip dubur. Sisik yang
terdapat di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung ½.
§ Jumlah sisik di depan sirip punggung meliputi semua sisik di pertengahan punggung antara insang
dan awal sirip punggung.
§ Jumlah sisik di sekeliling batang ekor meliputi jumlah baris sisik yang melingkari batang ekor
pada bidang yang tersempit.
§ Jumlah sisik di sekeliling dada merupakan jumlah sisik di depan sirip punggung yang melingkari
dada.
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (12 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
Gambar 2.7. Skema penghitungan sisik utama pada ikan
Mulut ikan. Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut (Gambar
2.8). Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkan ikanikan
pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton
I
mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian
dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton.
Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai gigi.
Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-ikan yang memakan
invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan moncong atau bibir yang panjang. Ikan
dengan mangsa berukuran besar mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel.
Gambar 2.8 Tipe-tipe utama letak mulut (a) terminal, (b) sub-terminal, (c) inferior, dan (d) superior
(Sumber: Kotellat, et all., 1993).
2.2 Bentuk tubuh ikan
Bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai dewasa misal dari bentuk
bilateral simetris pada saat masih larva berubah menjadi asimetris pada saat dewasa. Bentuk tubuh ikan
merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku yang khusus.
Secara umum, Moyle & Cech (1988) mengkatergorikan ikan kedalam enam kelompok yaitu roverpredator
(predator aktif), lie-in-wait predator (predator tak aktif), surface-oriented fish (ikan pelagik),
bottom fish (ikan demersal), ikan bertubuh besar, dan ikan semacam belut (Gambar 2.9).
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (13 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
Gambar 2.9 Bentuk-bentuk tubuh ikan (A) dan (B) predator aktif, (C) predator tak aktif, (D) ikan pelagis,
(E) ikan demersal, (F) ikan perekat di dasar, (G) flatfish, (H) ikan berekor panjang, (I)ikan beebadan bulat,
(J) ikan seperti belut
- Predator aktif. Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang langsing/lurus (fusiform), dengan mulut
di ujung (terminal) dan batang ekor menyempit/kecil dengan bentuk ekor cagak atau bulan sabit.
Ikan-ikan kelompok ini selalu bergerak dan mengejar mangsa, contoh ikan tuna. Bentuk tubuh dari
ikan predator aktif sangat khas di perairan mengalir.
- Predator tak aktif merupakan kelompok ikan piscivora yang mempunyai bentuk tubuh yang
cocok untuk menangkap mangsa dengan cara menghadang ikan-ikan perenang cepat. Tubuh
berbentuk ramping/lurus memanjang seringkali beebentuk sepertik torpedo. Kepala berbentuk rata
dengan mulut yang besar dan bergigi. Sirip ekor cenderung membesar dengan sirip punggung dan
anal berada jauh dibelakang badan dan letaknya segaris. Susunan sirip ikan seperti ini memberikan
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (14 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
daya dorong pada saat ikan ini akan meluncur dengan cepat untuk menangkap mangsa yang lewat.
Kelompok ikan ini antara lain ikan-ikan air tawar Esocidae, Belonidae, Centropomidae.
- Ikan pelagik, umumnya berukuran kecik, bentuk mulut superior, kepala berbentuk pipih datar
dengan mata lebar dan sirip punggung berada di bagian belakang badan. Morfologi dari ikan ini
sesuai untuk menangkap plankton dan ikan-ikan kecil yang hidup di dekat permukaan air, atau
insekta yang berada di permukaan contoh ikan Gambusia, Fundulus.
- Ikan demersal mempunyai bentuk tubuh yang beragam. Gelembung renang dari ikan-ikan
kelompok ini mereduksi atau tidak ada. Ikan demersal terbagi menjadi 5 tipe yaitu (i) ikan dasar
yang aktif mempunyai bentuk tubuh seperti ikan predator aktif tetapi bentuk kepala rata, mempunyai
punuk dan sirip dada yang lebih besar. (ii) ikan yang melekat di dasar merupakan ikan-ikan kecil
dengan bentuk kepala rata, sirip dadap membesar dengan struktur yang memungkinkan ikan ini
berada di dasar perairan. Struktur ikan ini banyak dijumpai di perairan berarus cepat atau daerah
intertidal yang mempunyai arus air yang kuat. (iii) ikan bottom- hider mempunyai kesamaan respon
dengan ikan pelekat tetapi tidak mempunyai alat pelekat dan cenderung mempunyai bentuk tubuh
yang memanjang dengan kepala lebih kecil. Bentuk seperti ini lebih menyukai hidup di bawah batubatuan,
celah-celah. (iv) flatfish merupakan ikan dengan morfologi yang unik. Bentuk tubuh
membulat dengan mulut berada dibagian ventral yang sangat memungkinkan untuk dapat
mengambil makanan di dasar perairan, spirakula berada di bagian atas dari kepala. (v) ikan bentuk
rattail mempunyai tubuh bagian belakang memanjang seperti ekor tikus, kepala besar dengan hidung
yang sangat jelas dan sirip dada besar. Umumnya, ikan seperti ini berada di laut dalam. Ikan-ikan ini
merupakan ikan pemakan bangkai dan memangsa invertebrata bentik.
- Ikan berbadan membulat mempunyai ukuran tubuh 1/3 dari panjang standar (jarak antara
hidung hingga pangkal ekor). Sirip punggung dan sirip anal memanjang dan sirip dada terletak lebih
tinggi sedangkan sirip pelvik lebih rendah dari badan. Mulut kecil dan dapat disembulkan,
mempunyai mata yang besar dan hidung pendek.
- Ikan dengan bentuk badan seperti belut mempunyai badan yang panjang dengan bentuk
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (15 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
kepala tumpul, ekor meruncing atau membulat. Jika dijumpai sirip-sirip yang berpasangan misal
sirip dada biasanya kecil sedangkan sirip punggung dan sirip anal sangat panjang. Sisik berukuran
sangat kecil atau tidak ada sama sekali. Ikan-ikan ini seringkali berada di celah-celah atau lobang
dari karang atau batuan.
Lerman (1986) membedakan bentuk tubuh ikan menjadi 4 yaitu :
- Bentuk fusiform atau lurus seperti pada ikan tuna, hiu. Bentuk tubuh seperti ini
memungkinkan ikan untuk bergerak cepat yang terutama dalam menangkap mangsa.
- Bentuk pipih tegak seperti pada ikan Pontus triacanthus, memungkinkan untuk mudah
bergerak diantara tumbuh-tumbuhan air dan areal yang sempit. Tubuh yang pipih memudahkan ikan
tersebut menghindari tentakel beracun dari predator dan masuk kedalam celah-celah karang atau di
bawah vegetasi air.
- Bentuk tubuh ikan lainnya adalah bentuk pipih datar dan bentuk tipis memanjang seperti
belut. Belut dan beberapa ikan bentuk ini mensekresi semacam lendir yang dapat membantu gerakan
di substrat lumpur dan mengurangi terjadinya perlukaan pada tubuhnya (Gambar 2.10).
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (16 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
Gambar 2.10 Bentuk-bentuk tubuh ikan (Sumber: Lerman, 1986)
2.3 Jenis-jenis ikan Berdasarkan Tipe Makanan
Jenis ikan dapat digolongkan menjadi tujuh kelompok menurut jenis makanannya, walaupun harus juga
diingat bahwa beberapa jenis pola makannya berubah sesuai dengan perubahan umur, musim dan
ketersediaan makanan. Perbedaan golongan ikan menurut jenis makanannya ini berkaitan antara satu
golongan dengan golongan lain. Penggolongan berdasarkan jenis makanannya menurut Mujiman (1993)
yaitu :
a. Herbivora. Ikan golongan ini makanan utamanya berasal dari bahan-bahan nabati misalnya ikan
tawes (Puntius javanucus), ikan nila (Osteochilus hasseli), ikan bandeng 9Chanos chanos).
b. Karnivora. Ikan golongan ini sumber makanan utamanya berasal dari bahan-bahan hewani
misalnya ikan belut (Monopterus albus), ikan lele (Clarias batrachus), ikan kakap (Lates calcarifer).
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (17 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
c. Omnivora. Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari bahan-bahan nabati dan hewani,
namun lebih menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang tersedia misalnya ikan mujair (Tilapia
mossambica), ikan mas (Ciprinus carpio), ikan gurami (Ospronemus goramy).
d. Pemakan plankton. Ikan golongan ini sepanjang hidupnya selalu memakan plankton, baik
fitoplankton atau zooplankton misalnya ikan terbang (Exocoetus volitans), ikan cucut (Rhinodon
typicus).
e. Pemakan detritus. Ikan golongan ini sumber makanannya berasal dari sisa-sisa hancuran bahan
organik yang telah membusuk dalam air, baik yang berasal dari tumbuhan maupun hewan misalnya
ikan belanak (Mugil sp.).
Selain penggolongan ikan seperti tersebut sebelumnya, Kottelat, et al. (1993) membedakan ikan
berdasarkan jenis makanannya menjadi tujuh golongan. Ketujuh kelompok ikan tersebut yaitu :
a. Herbivora A (endogenus). Golongan ikan yang memakan bahan tumbuhan yang hidup di air
atau di dalam lumpur, misal alga, hifa jamur, alga biru. Ikan golongan ini tidak mempunyai gigi dan
mempunyai tapis insang yang lembut sehingga dapat menyaring fitoplankton. Ikan ini tidak
mempunyai lambung yang benar yaitu bagian usus yang mempunyai jaringan otot yang kuat,
mengekskresi asam, mudah mengembang, dan terdapat di bagian muka alat pencernak makanannya.
Bentuk usus ikan golongan ini panjang berliku-liku dan dindingnya tipis.
b. Herbivora B (eksogenus). Golongan ikan yang memakan bahan makanan dari tumbuhan yang
jatuh ke dalam air, misal buah-buahan, biji-bijian, daun. Bahan makanan ini sangat penting bagi ikanikan
di sungai. Oleh sebab itu hilangnya vegetasi di sepanjang tepi sungai sangat berpengaruh bagi
komunitas ikan secara umum.
c. Predator 1 (endogenus). Golongan ikan yang memakan binatang-binatang air kecil, misal
nematoda, rotifera, endapan plankton dan invertebrata lain berupa detritus di dalam lumpur atau
pasir.
d. Predator 2 (endogenus). Golongan ikan yang memakan larva serangga atau binatang air kecil
lainnya.
file:///D|/E-Learning/Iktologi/Textbook/Iktiologi%20(buku%20ajar).htm (18 of 112)5/8/2007 2:55:10 PM
I
e. Predator 3. Golongan ikan yang memakan binatang air yang lebih besar, misal udang, siput,
kepiting kecil yang umumnya berada di dasar air.
f. Predator 4. golongan ikan yang memakan ikan-ikan lainnya.
g. Omnivora. Golongan ikan yang memakan bahan makanan yang berasal dari binatang dan
tumbuhan. Ikan golongan ini mempunyai sistem pencernakan antara bentuk herbivora dan karnivora.
Menentukan jenis makanan ikan tertentu secara langsung tidaklah mudah, karena usus ikan kadang-kadang
kosong. Namun, pengamatan terhadap panjang usus dan hubungannya dengan panjang badan dapat
membantu untuk mengetahui jenis bahan makanan yang dimakannya. Ikan herbivora, umumnya memiliki
usus yang panjangnya 4-10 kali panjang badannya. Ikan predator memiliki panjang usus yang lebih
pendek atau sama panjang dengan badannya.
Selain penggolongan ikan berdasarkan jenis makanannya, ikan dibedakan juga berdasarkan spesialisasi
dari makanannya yaitu :
a. Monophagus : ikan hanya mengkonsumsi satu jenis makanan
b. Stenophagus : ikan mengkonsumsi makanan yang terbatas jenisnya
c. Euriphagus : ikan mengkonsumsi bermacam-macam atau campuran jenis makanan. Umumnya
ikan-ikan yang ada di alam termasuk ke dalam euriphagus ini.
Jenis bahan makanan dan ketersediannya juga menentukan ditribusi ikan-ikan diperairan. Umumnya,
semakin besar ukuran sungai semakin besar pula jumlah dan keanekaragaman ikannya; dan proporsi
biomassa ikan yang bergantung kepada tumbuhan air dan tumbuhan darat semakin meningkat.

Senin, 02 Januari 2012

Pseudomonas aeruginosa, penyebab infeksi nosokomial

“ Persyaratan utama setiap rumah sakit ialah tidak membahayakan pasien “, kata Florence Nightingale. Ternyata, pasien dalam menjalani perawatan di rumah sakit dapat terinfeksi oleh mikroorganisme yang bersifat patogen. Istilah bagi infeksi ini yaitu penyakit nosokomial yang telah dikenal sekitar tahun 1960-an. Pada abad ke- 18, pencegahan tersebarnya penyakit dalam masyarakat, si sakit akan dikucilkan di rumah sakit demam, rumah sakit cacar, sanatorium tuberkulosis, atau “rumah hama”. Rumah sakit ini merupakan bangsal yang luas dan penuh sesak, pasien saling berdesakan sehingga infeksi mudah menjalar dari satu pasien ke pasien yang lain. Pelopor perbaikan rumah sakit, Sir James Y. Simpson mengatakan bahwa di dalam mengobati si sakit, maka akan berbahaya bila mereka dikumpulkan dan keselamatan hanya dapat tercapai bila mereka saling dipisahkan. Hal ini disebabkan adanya infeksi nosokomial. Nosokomial berasal dari kata Yunani berarti “di rumah sakit”. Jadi, infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh selama dalam perawatan di rumah sakit. Salah satu bakteri yang dapat menyebabkan infeksi nosokomial yaitu Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %.
P. aeruginosa termasuk dalam genus Pseudomonas, yang ditentukan oleh Migula pada tahun 1984. Yang termasuk dalam genus tersebut adalah bakteri gram negatif, berbentuk tangkai, polar da berflagel. Pada tahun 2000 spesies Pseudomonas spesies dideterminasikan meliputi Pseudomonas aeruginosa strain PA01.
P. aeruginosa
MORFOLOGI DAN IDENTIFIKASI
P. aeruginosa P. aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N
dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat (untuk nitrogen).
Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang halus :
1. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi.
2. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari alignat. Tipe ini sering didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.
Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri. Alignat ini memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena atau jaringan paru. Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit, silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru manusia.
Terkadang menghasilkan bau yang manis dan menyerupai anggur. Koloni yang dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-hijauan. Bakteri ini menghasilkan pigmen yang tak berfluoresensi kehijauan (plosianin). Strain P. aeruginosa menghasilkan pigmen yang berfluoresensi antara lain : piooverdin (warna hijau), piorubin (warna merah gelap), piomelanin (hitam). P. aeruginosa yang berasal dari koloni yang berbeda mempunyai aktivitas biokimia, enzimatik dan kepekaan antimikroba yang berbeda pula.
KLASIFIKASI
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma
Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa
PATOGENESIS
Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal dan menimbulkan penyakit ialah : pili, yang melekat dan merusak membran basalis sel; polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan fagositosis; suatu hemolisin yang memiliki aktivitas fosfolipasa; kolagenasa dan elastasa dan flagel untuk membantu pergerakan.
Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang ada pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam hati; eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu menghambat sintesis protein eukariota.
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh dan sel-sel inang menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin P. aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri gram negatif lain menyebabkan gejala sepsis dan syok septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2.
Hasil dari kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Psiosianin merusak silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai peranan penting sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis, dan leukopenia, koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa.
Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi tipe III. Secara signifikan lebih virulen dibandingkan dengan yang tidak punya sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30 protein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang sehingga memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.
PENYAKIT YANG DITIMBULKAN
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu :
􀀹 Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
􀀹 Infeksi saluran kemih.
􀀹 Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
􀀹 Otitis eksterna ringan pada perenang
􀀹 Infeksi mata
Infeksi P.aeruginosa pada mata Infeksi P. aeruginosa pada luka
􀂐 Penyebaran
Pseudomonas aeruginosa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit; desinfektan, alat bantu pernafasan, makanan, saluran pembuangan air dan kain pel. Penyebaran Pseudomonas aeruginosa melalui aliran udara, air, tangan tercemar, penanganan dan alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Selain itu, dapat juga lewat hewan (lalat, nyamuk, dsb) yang telah tercemar. P. aeruginosa menyebabkan
kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan.
􀂐 Penularan
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain. Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril. Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar, pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang menembus tubuh.
􀂐 Gejala
Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat:
􀂓 Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis seperti anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam keunguan dengan diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi daerah kemerahan dan pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak dan lipat paha. Hal ini dapat juga dialami oleh penderita kanker.
􀂓 Infeksi saluran kemih, biasanya kronis dan terjadi pada orang tua.
􀂓 Pneumonia, pada fibrosis kistik mungkin terjadi kolonisasi kuman strain yang berlendir pada paru-paru. Infeksi paru-paru pada penderita bila menghirup Pseudomonas aeruginosa dalam jumlah besar pada alat bantu pernafasan yang tercemar. Sering menyebabkan gangguan mental, renjatan septik gram negatif dan sianosis yang semakin berat.
􀂓 Otitis eksterna maligna, suatu infeksi telinga, bisa menyebabkan nyeri telinga hebat dan kerusakan saraf dan sering terjadi pada penderita kencing manis.
􀂓 Infeksi mata, Pseudomonas bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari lensa mata dan cairan lensa.
􀂐 Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat pada tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh normal. Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan tubuh agar tetap tinggi.
Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang dirawat di rumah sakit dilakukan dengan cara kerja steril/ aseptis yang dilakukan oleh setiap personil rumah sakit (medis dan paramedis) dengan penuh rasa tanggung jawab.
􀂐 Pengobatan
Pseudomonas aeruginosa meningkat secara klinik karena resisten terhadap berbagai antimikroba dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tingkat Multi Drug Resistance (MDR) yang tinggi. Definisi dari MDR-PA (Multi Drug Resistance-Pseudomonas aeruginosa) adalah resisten paling tidak terhadap 3-antimikroba yaitu kelas β-laktam, carbapenem, aminoglikosida, dan fluoroquinon.
P.aeruginosa tidak boleh diobati dengan terapi obat tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri dengan cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara geografik. Maka, diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba. Penisillin bekerja aktif terhadap P. aeruginosa antara lain : tikarsilin, mezlosilin, dan pipeasilin digunakan dengan dikombinasikan bersama aminoglikosida biasanya gentamisin, tobramisin/ amikasin. Obat lain yang aktif terhadap P. aeruginosa antara lain aztreonam; imipinem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin. Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefoperakson aktif melawan P. aeruginosa. Seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi P. aeruginosa.
PUSTAKA
Anonim, Pseudomonas, http://en.wikipedia.org/wiki
Anonim, 2005, Menekan Pertumbuhan P. aeruginosa pada Penderita Fibrosis Kistik , http:// kalbe.co.id
Boel, Trelia, 2004, Psedomonas aeruginosa, http :// library.usu.ac.id
Jawetz, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Mayasari, Evita, 2006, Pseudomonas aeruginosa; Karakteristik, Infeksi, dan Penanganan, http :// library.usu.ac.id
Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta